Gubernur GorontaloRusli Habibie saat mengikuti Rapat Paripurna DPRD memperingati HUT Provinsi Gorontalo ke 20 secara virtual, Senin (7/12/2020). (F. Salman/humas) Hulondalo.id - Sejak terbentuknya 20 Tahun lalu, Gubernur GorontaloRusli Habibie mengakui bahwa pembangunan di Tahun 2020 merupakan tantangan terberat sepanjang sejarah Provinsi Gorontalo. Padahal, terbentuknya Provinsi Gorontalo berhasil angka kemiskinan sebesar 15,22% pada Maret 2020 dari 29% pada Tahun 2004 silam dan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,41% pada Tahun 2019 dibandingkan Tahun 2001 yang hanya sebesar 5,55%. "Tantangan pembangunan Tahun 2020 menjadi salah satu yang terberat sepanjang sejarah provinsi. Pertumbuhan ekonomi kita mengalami resesi di mana pada Triwulan III 2020 melemah -0,07%," kata Gubernur GorontaloRusli Habibie pada Rapat Paripurna DPRD memperingati HUT Provinsi Gorontalo ke 20 secara virtual, Senin (7/12/2020). Dikatakan Gubernur Rusli Habibie pula, anggaran Tahun 2020 banyak yang harus di refocussing untuk membiayai sektor kesehatan, jaring pengaman sosial (JPS) dan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. "Bahkan teman-teman di DPRD dan eksekutif banyak yang merelakan uang makan minum, belanja ATK, perjalanan dinas dialihkan untuk penanganan Covid-19," sambung Rusli. Pada kesempatan itu, Gubernur Rusli Habibie pun mengingatkan bahwa penanganan Covid-19 masih belum berakhir. Semua pihak diminta tetap bergandengan tangan dan merapatkan barisan untuk memutus mata rantai penularan virus mematikan ini. Gubernur juga mengingatkan warga Gorontalo untuk patuh dan peduli pada penegakan protokol kesehatan yakni dengan memakai masker, rajin mencuci tangan dan menjaga jarak. Sebelumnya, Ketua DPRD Provinsi Gorontalo Paris RA Yusuf menilai Provinsi Gorontalo sejak dibentuk hingga sekarang banyak mengalami kemajuan. Dari persentase penduduk miskin tahun 2004 yaitu sebesar 29% dan terus menurun. Pada Maret 2018 sebesar 16,81%, Maret 2019 menurun 15,52% dan Maret 2020 menjadi 15,22%. “Pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo terus membaik, di mana tahun 2001 sebesar 5,55%, pada tahun 2016 naik 6,52%, tahun 2017 sebesar 6,74%, tahun 2018 jadi 7,25% serta tahun 2019 sebesar 6,41%. Pada Tahun 2020 sebagaimana diketahui bersama perekonomian Nasional mengalami resesi berdampak di daerah-daerah hingga melanda daerah kita tercinta ini. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo hingga triwulan III -0,07%,” kata Paris. Pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan yang dibiayai melalui APBD setiap tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 APBD Gorontalo baru sebesar Rp 150,62 Miliar. Tahun 2020 mencapai Rp 2,01 Triliun. Dana itu dibagi untuk belanja publik sebesar 60,39% dan belanja aparatur 39,61%. “Namun dalam perjalanannya di bulan April menjadi Rp 1,7 Triliun setelah di refocussing dan direalokasi untuk penanganan Covid-19. APBD tahun 2021 diprediksi turun menjadi Rp 1,9 Triliun juga merupakan efek pertumbuhan ekonomi secara Nasional," katanya.(adv/alex)