
Hulondalo.id - Belakangan beredar pesan berantai yang berisi peta patahan di Gorontalo yang membuat sebagian warga cemas akan kemungkinan gempa dahsyat seperti yang terjadi di wilayah Palu, Sulawesi Tengah.
Peta patahan dari jalur pantai utara menuju pantai selatan yang dirilis oleh Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) itu juga berisi 2 kecamatan yang terdiri 11 desa di Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut) di jalur patahan pantai utara dan 7 kecamatan yang terdiri dari 42 kelurahan/desa di Kota dan Kabupaten Gorontalo yang berada jalur patahan pantai selatan.
Peta patahan Gorontalo dari Bapppeda Provinsi Gorontalo dan BPBD bisa dilihat disini (PDF)Salah seorang ahli Geologi, Ivan Taslim S.Si MT pun ikut menanggapi patahan Gorontalo yang bersumber dari Inarisk BNPB Tahun 2018 tersebut. Menurutnya, peta patahan/sesar Gorontalo itu menunjukkan betapa besarnya kerentanan bahaya geologi daerah ini.
"Jadi, keberadaan patahan/sesar Gorontalo terbagi menjadi 2 segmen. Pertama, segmen jalur patahan pantai utara yang mengiris wilayah Gorut hingga ke Laut Sulawesi yang merupakan batas sisi utara daerah ini. Segmen yang kedua, merupakan jalur patahan pantai selatan yang membentang dari arah tenggara di Teluk Tomini ke arah barat laut, memotong Kota Gorontalo hingga sisi timur Kabupaten Gorontalo, termasuk di Danau Limboto," urai Ivan.
Kerentanan yang dimaksudkannya, tidak saja karena banyaknya daerah dapat terdampak di sekitar patahan tersebut, tetapi juga akibat tatanan struktur geologi pada wilayah ini masih aktif bergerak, meski dengan kecepatan yang berbeda-beda.
"Menurut penelitian Rangin, dkk,. (1999) dalam Buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi Indonesia 2017, patahan atau sesar Gorontalo memiliki kecepatan pergeseran sekitar 11 mm per tahunnya dengan mekanisme strike-slip, dimana ini berkaitan dengan adanya subduksi di sepanjang palung di sisi utara Pulau Sulawesi," sebut Ivan.
Tatanan tektonik geologi yang kompleks ini menjadikan sebagian besar Provinsi Gorontalo dikategorikan sebagai kawasan rawan bencana gempa bumi menengah dengan prakiraan intensitas goncangan berkisar antara VII-VIII (skala MMI/Modified Mercally Intensity).
Terlebih, tambah Ivan, pada daerah-daerah yang dilewati oleh patahan/sesar Gorontalo sudah masuk dalam kawasan rawan bencana gempa bumi tinggi, dimana potensi goncangannya berkisar pada skala intensitas lebih besar dari VIII (skala MMI).
"Sesuai publikasi KESDM, 2011, Robiana, dkk, adanya keberadaan patahan/sesar Gorontalo ditambah secara litologi tersusun oleh batuan yang berumur Kuarter (berupa aluvium, kolovium, endapan pantai dan rombakan batuan gunung api muda yang sifatnya lepas), maka tentu akan memperkuat efek dari goncangan gempa bumi," kata staf khusus bupati bidang mitigasi bencana tersebut.
Menurut Ivan, dampak dari potensi goncangan gempa bumi yang belum dapat diperkirakan kapan terjadinya ini, bisa jadi menimbulkan bencana ikutan seperti tsunami juga likuifaksi atau pembuburan tanah. Apalagi jika diperhatikan sebagian besar daerah Kota dan Kabupaten Gorontalo yang dilewati patahan/sesar didominasi oleh endapan aluvium asal dari pendangkalan Danau Limboto.
"Tentu ini sangat besar kemungkinannya bisa terjadi likuifaksi jika terjadi goncangan yang cukup kuat. Meski sebenarnya juga harus melihat faktor kedalaman air tanah di daerah tersebut, termasuk jenis dan susunan lapisan bawah permukaannya," ujarnya.
Walau belum ada penelitian yang komprehensif mengenai hal ini, tentunya, kata Ivan, bagaimana pun sebagai masyarakat yang tinggal di negara rawan bencana sudah seharusnya sadar bencana dengan tetap waspada dan bersiap siaga.(Ika)