Hulondalo.id - Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim mengajak kepada pemilih pemula yang merupakan generasi muda atau kaum milenial untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu April 2019 mendatang.
"Jangan sampai ada pemikiran-pemikiran; ahh..tidak memilih juga tidak apa-apa, 'kan tetap nasib saya seperti ini. Itu salah. kaum milenial harus gunakan hak pilihnya karena masa depan bangsa ini ada di tangan kalian semua," pinta Wakil Gubernur Idris Rahim pada sosialisasi pemilih pemula kelompok masyarakat milenial yang digelar di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo, Kamis (14/2/2019).
Hadir pula pada kegiatan itu, Ketua KPU Provinsi Gorontalo Fadliyanto Koem, Ketua Bawaslu Provinsi Gorontalo Jaharudin Umar dan Anggota Dewan Pengawas LPP RRI, Tantri Relatami sebagai narasumber.
Dialog yang juga disiarkan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Gorontalo dengan mengambil tema "Edukasi Pada Pemilih Pemula" itu diharapkan dapat ikut mensukseskan pesta demokrasi Pemilu 2019 dengan cara menggunakan hak pilihnya.
Seperti diketahui sebelumnya, jumlah pemilih dari kalangan generasi milenial di Indonesia sebanyak 34,45 persen dari populasi. Mereka berusia 17 hingga 35 tahun.
"Di Gorontalo, target kita 87% masyarakat Gorontalo menggunakan hak pilih dan sebagian besar itu kalangan milenial," tambah Wakil Gubernur Idris Rahim.
Melalui dialog itu, Wakil Gubernur Idris Rahim berharap para pelajar yang sudah memiliki hak pilih harus ikut berpartisipasi. Para pelajar, lanjut Idris, juga bisa saling bertukar informasi tentang Pemilu. Baik itu saat menuju ke TPS hingga pasca pencoblosan.
"Karena nanti Pemilu kali ini lumayan banyak, ada 5 kertas suara yang akan dicoblos. Jadi harus datang ke TPS-TPS tepat waktu. Kalau perlu jam 7 pagi sudah selesai memilih," harap Wakil Gubernur Idris Rahim.
Sementara itu, Ketua KPU Provinsi Gorontalo, Fadliyanto Koem bahwa sebagai penyelenggara Pemilu, pihaknya telah memberikan ruang kepada pemilih pemula untuk dididik sebagai relawan demokrasi.
"Jadi pemilih pemula atau pemilih milenial ini terlibat bukan hanya menjadi obyek demokrasi, akan tetapi juga menjadi subyek demokrasi. Mereka secara aktif bisa menyebarkan informasi idealisme, secara demokrasi maupun teknisnya," kata Fadliyanto.(usman)
