ilustrasi pertumbuhan ekonomi (Times Indonesia) Hulondalo.id - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Gorontalo sepanjang Tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar -0,02%, masih lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang terkontraksi -2,07%. Dengan begitu, selama 3 kuartal berturut-turut sepanjang Tahun 2020 perekonomian Gorontalo mengalami minus akibat digilas pandemi Covid-19. Sebelumnya pada kuartal II Tahun 2020, perekonomian Gorontalo terkontraksi -0,27% (year on year/yoy) disusul kuartal III yang juga terkontraksi -0,07% (yoy) dan terkontraksi -3,56% pada Triwulan IV. "Jadi pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada kuartal IV untuk qtq terkontraksi -1,92% dan yoy -3,56%. Secara kumulatif (tahun 2020), perekonomian Gorontalo terkontraksi -0,02%," kata Koordinator Fungsi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Gorontalo, Adam Sofyan pada press conference secara virtual, Jumat (5/2/2021). Perekonomian Gorontalo berdasarkan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) kuartal IV atas harga berlaku Rp 10,34 Triliun. Sementara berdasarkan harga dasar konstan dengan tahun dasar 2010 adalah Rp 7,01 Triliun. Pada kesempatan ini, BPS juga mencatat tentang bagaimana dampak kontraksi perekonomian Gorontalo dan dampak pandemi Covid-19 terhadap pendapatan per kapita. Sepanjang Tahun 2020, pendapatan per kapita di Provinsi Gorontalo tercatat Rp 34,213 Juta, naik tipis jika dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp 34,211 Juta. Sementara tahun 2018, pendapatan per kapita Gorontalo sebesar Rp 31,838 Juta. "Jika kita bandingkan pertumbuhan per kapita dari 2018 ke 2019 itu naik 7,45%. Sedangkan dari 2019 ke 2020 hanya tumbuh tidak sampai setengah persen pun, hanya 0,005%," kata Adam. Namun dia menjelaskan, pertumbuhan per kapita tersebut bukan merupakan ukuran kesejahteraan di Gorontalo tapi melainkan pendekatan paling dasar untuk mengetahui atau memperkirakan tingkat pendapatan per kapita. "Jadi ini masih bruto, kalau yang sesungguhnya maka sudah harus jadi netto," bilang dia. Secara akumulatif Tahun 2020, lanjut Adam, konsumsi pemerintah juga menjadi sumber pertumbuhan ekonomi negatif tertinggi sebesar 1,36% menurut pengeluaran.(Alex)