Efek Corona, Asosiasi Industri Pariwisata Gorontalo Harap Ada Insentif Pemda

- Jumat, 20 Maret 2020 | 18:03 WIB
Pulo cinta merupakan salah satu destinasi pariwisata unggulan di Gorontalo. (f. booking.com).
Pulo cinta merupakan salah satu destinasi pariwisata unggulan di Gorontalo. (f. booking.com).

-
Pulo cinta merupakan salah satu destinasi pariwisata unggulan di Gorontalo. (f. booking.com). Hulondalo.id - Asosiasi industri pariwisata di Gorontalo berharap ada insentif dari pemerintah daerah menyusul lesunya sektor pariwisata imbas Covid-19 atau virus corona. Saat ini, pemerintah pusat baru memberikan insentif bagi pelaku industri pariwisata, khususnya di destinasi-destinasi prioritas di tanah air. "Imbas virus corona ini menjadi masa kegelapan bagi industri yang terkait pariwisata, Gorontalo pun begitu. Dari penerbangan, perhotelan, biro perjalanan, transport, dive center, tempat wisata, restoran dan lain-lain," ujar Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Gorontalo, Marten Chandra kepada Hulondalo.id, Jumat (20/3/2020). Pada teleconference bersama Kemenpar RI, Kamis (19/3/2020), ASITA bersama asosiasi lainnya pun sejatinya telah mengusulkan pemberian insentif selama penanggulangan virus corona, terutama industri pariwisata di luar destinasi prioritas. Insentif yang dimaksud berupa pembebasan atau penundaan bunga perbankan, BPJS, listrik, subsidi pajak dan masih banyak lagi. Pasalnya, di tengah lesunya sektor pariwisata dalam negeri, masalah utama industri pariwisata rata-rata di antaranya biaya tenaga kerja, biaya utilitas (air, listrik dan lain-lain), pajak (mulai dari PPh 21, 25, Pb1, reklame dan lain-lain), utang perbankan atau bunga bank hingga BPJS Ketenagakerjaan maupun BPJS Kesehatan. Pada teleconference itu pula terungkap, rata-rata okupansi hotel di Indonesia sejak tanggal 1-14 Maret 2020 sudah mulai turun bervariasi, dari angka 20%-45% saja. Kemungkinan terburuknya, angka itu bisa terus menurun dan diperkirakan akan berlaku hingga 4-6 bulan ke depan. "Di Gorontalo, menurut PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia), okupansinya turun di angka 30%," sebut Marten. Bahkan, kondisi cash flow hotel dan restoran pun mulai terganggu karena virus corona. Diperkirakan akan mencapai puncaknya di pekan ke depan sampai akhir Maret 2020. Alasannya, sudah begitu banyak pembatalan yang dilakukan dari sektor domestik, menyusul pembatalan dari sektor international. "Untuk restoran dengan rata-rata se Indonesia, terdapat penurunan revenue 25-50%, terutama yang berada di pusat perbelanjaan, meski untuk takeaway-delivery mengalami peningkatan 12-20%," sambung Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Gorontalo itu.
-
Teleconference bersama Kementerian Pariwisata RI, Kamis (19/3/2020). Jika fenomena ini tidak bisa ditanggulangi lagi dengan cash flow yang kian berkurang dengan pemasukan yang minim, Marten berharap semoga tidak berujung pada pengurangan karyawan dan alternatif lainnya. "Karena sampai setelah lebaran, praktis sudah tidak ada bookingan untuk tur baik domestik maupun international. Sebagian besar (industri pariwisata) sekarang sudah teriak. Kemarin dari Gahawisri (Gabungan Usaha Wisata Bahari dan Tirta Indonesia), Sorong sudah ditutup untuk asing. Labuan Bajo sudah, kepulauan seribu untuk diving juga. Jadi praktis tidak ada yang bisa dilakukan lagi sampai situasi mereda," sambung dia. Mewakili Asosiasi Industri Pariwisata, Marten pun berharap agar pemerintah daerah pun dapat memikirkan nasib dan kelangsungan industri pariwisata ini.(Alex)

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Harga Rica di Pohuwato Semakin Melonjak

Senin, 20 Maret 2023 | 14:04 WIB

Ini Aturan Terbaru Penjualan Minyak Goreng

Senin, 13 Februari 2023 | 16:20 WIB
X