
Hulondalo.id - Perekonomian Gorontalo sepanjang Tahun 2018 tercatat tumbuh 6,51%, melambat jika dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 6,74%.
Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 2018 diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku yang mencapai Rp 37.736 Miliar dengan PDRB per kapita mencapai 31,83 Juta atau USD 2.235,57.
"Jadi Pertumbuhan Ekonomi itu dapat dilihat dari sisi produksi dan sisi pengeluaran. Dari sisi produksi, Gorontalo mengandalkan sektor pertanian dengan distribusi lapangan usaha sebesar 38,66%. Dari sisi pengeluaran, masih dari konsumsi rumah tangga dengan (distribusi PDRB,red) 61,59%," ujar Kepala BPS Provinsi Gorontalo, Herum Fajarwati pada press confrence di kantornya, Rabu (6/2/2019).
Dari sisi produksi, Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Tahun 2018 didorong oleh sektor pertanian yang tumbuh 7,12%, imbas kenaikan hasil panen dari tanaman bahan makanan, terutama produksi jagung dan jagung. Produksi jagung gorontalo meningkat tipis berkisar 4% jika dibandingkan dengan hasil produksi 2017 yang mencapai 1,5 Juta Ton. Sementara produksi beras juga bernasib serupa yang hanya meningkat hampir mendekati 1% saja jika dibandingkan dengan produksi 2017 yang mencapai 376 Ribu Ton.
Selain itu, Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Tahun 2018 didorong oleh meningkatnya produksi industri pengolahan sebesar 3,53%. BPS mencatat bahwa pengingkatan produksi industri pengolahan ditandai dengan beroperasinya pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Boalemo. "Konstruksi juga tumbuh 2,44%, karena meningkatnya konstruksi baik dari pemerintah dan swasta," kata Kepala BPS Provinsi Gorontalo, Herum Fajarwati.
Selain itu, masih dari sisi produksi, perdagangan besar dan eceran juga meningkat 18,35% yang merupakan imbas kenaikan hasil panen dari sektor pertanian dan bergeliatnya industri pengolahan tadi. Ada juga peningkatan yang cukup besar dari sektor pengadaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang yang tumbuh 19,71%.
"Produksi air PDAM meningkat, pengumpulan barang daur ulang juga meningkat," kata Herum didampingi Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, Suri Handayani.
Terakhir, Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo dari sisi produksi juga disumbang oleh sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh 19,53%. Hal itu ditandai dengan masuknya provider baru ke Gorontalo dan meningkatnya pelanggan layanan telekomunikasi.
Meski demikian, jika dilihat dari distribusi lapangan usaha, sektor jasa keuangan dan asuransi mengalami kontraksi sebesar -6,24%. Menurut BPS yang juga dihadiri oleh perwakilan Bank Indonesia, kontraksi terjadi salah satunya karena pengurangan dana pihak ketiga (DPK) pada akhir tahun. Separan anggaran, utamanya dari kalangan pemerintah, memicu kekurangan DPK yang berimbas penyaluran kredit di Gorontalo.
Sementara dari sisi pengeluaran, Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 2018 masih disumbang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 6,9%. Herum mengatakan, konsumsi rumah tangga tertinggi terjadi pada kelompok makanan, pakaian, perumahan, kesehatan dan pendidikan, serta restoran dan hotel yang juga tumbuh.
Selain itu, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi tumbuh 4,16%, yang ditandai dengan belanja modal baik bangunan maupun non bangunan yang tumbuh. Dan yang tak kalah penting adalah ekspor-impor yang sama-sama tumbuh. Pada 2018, ekspor barang dan jasa Gorontalo tumbuh 13,83%, sementara impor tumbuh 8,14%.
Namun dari sisi pengeluaran, kata Herum, terjadi juga pelambatan. Diantaranya pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh melambat 0,73%, meski terdapat Pilkada di dua daerah, yakni Kota Gorontalo dan Gorontalo Utara.
Kemudian pengeluaran konsumsi pemerintah yang tumbuh melambat sebesar 4,15%, terutama pada belanja bantuan sosial serta belanja barang dan jasa, dimana penerimaan barang dan jasa sebagai faktor pengurang menguat.(Alex)