
Hulondalo.id - Cancel Flight oleh maskapai penerbangan di Gorontalo selama bulan November membuat harga tiket pesawat naik. Bahkan memberi andil terbesar pada inflasi Gorontalo menjadi 0,23%.
Naiknya harga tiket pesawat tersebut diakui mengurangi mobilitas masyarakat pergi dari dan ke Gorontalo. Tapi rupanya hal itu tidak berpengaruh pada Aparatur Sipil Negara (ASN). Mobilitas ASN melalui Perjalanan Dinas tetap berjalan seperti biasa.
"Memang November ini kenaikan harga tiket sedikit mengurangi mobilitas orang untuk pergi dari dan ke Gorontalo. Yang tidak terlalu berpengaruh itu Perjalanan Dinas oleh PNS. Berbeda dengan perjalanan wisatawan, atau pebisnis, banyak yang menunda atau membatalkan rencana dari dan ke Gorontalo," ungkap Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Gorontalo, Marten Chandra, kepada Hulondalo.id, Senin (3/12/2018).
Dia mengakui jika harga tiket pada bulan November memang 'menggila' dipicu pengurangan frekwensi penerbangan. Meski fenomena ini tidak hanya terjadi di Gorontalo, namun kenaikan harga tiket pesawat di Gorontalo diakui cukup mengejutkan.
"Sebagai contoh tiket dari Makassar ke Gorontalo sekarang rata-rata berkisar di Rp 800 Ribuan sampai Rp 1,6 Juta. Tiket dari Jakarta ke Gorontalo rata-rata berkisar di Rp 1,5 Juta sampai Rp 3 Juta. Bisa dibayangkan , harga tiket PP (pulang-pergi) Jakarta-Gorontalo, itu sudah sama dengan harga tiket PP dari Jakarta ke Hongkong atau ke Shanghai," jelas Marten.
Sementara pada bulan Desember ini, terinformasi masih ada pengurangan frekwensi penerbangan meski sudah tidak seperti pada bulan November 2018. Yang menjadi masalahnya adalah harga tiket tidak menjadi otomatis turun.
"Semoga dengan semakin menguatnya rupiah terhadap dolar AS beberapa hari ini bisa membuat pembuat kebijakan harga di airlines menyesuaikan kembali harga tiket pesawat," harap pria yang baru saja dilantik sebagai Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Gorontalo itu.(alex)